Senin, 16 November 2015


Penyakit Pernafasan Obstuksi Kronik 


PPOK  adalah penyakit  dengan  ciri  keterbatasan  saluran napas  yang  tidak  sepenuhnya reversible .  Keter-batasan  saluran  napas  tersebut  biasanya  progresif dan  berhubungan  dengan  respons  peradangan  yang disebabkan bahan yang merugikan atau gas, menurut  Global  Initiative  for  Chronic Obstructive  Lung  Disease  (GOLD)(1).  PPOK memiliki gejala awal yang sering terjadi pada penderitanya antara  lain  batuk,  produksi  sputum atau lendir,  sesak  napas  dan  aktivitas terbatas(2)
Beberapa faktor risiko antara lain yang menyebabkan seseorang terserang PPOK diantaranya merokok, Polusi  indoor(asap kayu), Polusi  outdoor( cadmium, zinc, debu), Polusi  di  tempat  kerja, Genetik  (defisiensi  Alpha  1-antitrypsin):  Faktor risiko  dari  genetic  memberikan  kontribusi  1  – 3% pada pasien PPOK, Riwayat  infeksi  saluran  napas  berulang, Gender,  usia,  konsumsi  alkohol  dan  kurang aktivitas  fisik(1)
Berdasarkan data Morbiditas Indonesia menduduki posisi keenam dinegara berkembang ditambah PPOK merupakan penyebab kematian 4,8% penduduk Indonesia sehingga tidak heran bahwa PPOK menjadi penyakit pembunuh nomor 4 didunia menurut WHO(1)(2). Salah satu metode yang diterapkan untuk para penderita PPOK adalah Rehabilitasi Paru hal ini telah direkomendasikan oleh beberapa penelitian yang menyatakan bahwa hal tersebut dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas hidup penderita PPOK. Randomised Controlled Trials dan national Institute for health and clinical excellence merekomendasikannya. Rehabilitasi paru adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyakit PPOK dengan menerapkan berbagai disiplin ilmu seperti kedokteran, staf gizi,perawat pernapasan,fisioterapis,pekerja social dan konsultan rokok.(2) hal yang menjadi konsep pembelajaran pada metode ini ialah kegiatan fisik dalam kehidupan sehari-hari,fungsi paru,kapasitas latihan submaksimal (6-menit berjalan tes [6MWT]), kapasitas latihan maksimal (bersepeda), pernafasan dan kekuatan otot perifer, status fungsional, dan terkait kesehatan kualitas hidup dinilai sebelum, dan sesudah pemberian metode(3)
Terdapat berbagai metode yang diterapan dalam Rehabilitasi paru pada penderita PPOK diantaranya dengan VAS peak exercise, BDI/TDI, CRQ(4) melakukan uji jalan 6 menit dan SGRQ secara 2 tahap  yaitu setelah perlakuan 6 minggu dan 12 minggu. Sementara hal yang diteliti meliputi pengukuran umur, indeks massa tubuh, distribusi derajad, nilai dasar PO2. Metode yang digunakan dalam rehabilitasi paru meliputi : seleksi pasien, penilaian( assessment) yang meliputi pemeriksaan fungsi paru dan program edukasi, analisa statistic, pengkajian status kesehatan, program rehabilitasi, Treatment effect size.(5)

Setelah pengujian didapatkan hasil adanya pengaruh Rehabilitasi paru terhadap penyembuhan penderita PPOK dengan hasil : Rehabilitasi paru membantu perbaikan dan meningkatkan kualitas hidup pasien, kapasitas fungsional, serta ada peningkatan VO2 maks. Adapun penjelasannya yaitu perubahan kapasitas fungsional paru sesudah rehabilitasi paru ditunjukan dengan peningkatan jarak jalan pada uji jalan 6 menit rata-rata dapat meningkat dari 3,4 m menjadi 55 m dalam tempo waktu 6-12 minggu, adapun perbedaan VO2 maks setelah rehabilitasi paru ditandai dengan penurunan kadar asam laktat darah pengujian ini dilakukan dengan memberikan latihan fisik, sementara perbedaan kualitas hidup dilihat dari hasil kuisioner  SGRQ dengan patokan penurunan nilai SGRQ akan menunjukan nilai kualitas hidup yang meningkat.(2)
Dalam jurnal yang berjudul pulmonary rehabilitation improves exercise capacity in order elderly patien with COPD membuktikan bahwa rehabilitasi paru sangat bermanfaat bagi semua penderita PPOK diberbagai kisaran umur tanpa terkecuali lansia. Masih banyak yang meragukan dan jarang menggunakan rehabilitasi paru bagi pasien lansia karena dikhawatirkan mereka tida mampu dan kuat mengikuti latihan fisik ditambah lagi bahwa beberapa rumah sakit lebih sering menggunakan obat-obatan untuk pasien PPOK lansia padahal daya tahan tubuh lansia tidaklah sama dan justru bertolak belakang dengan pemberian obat, sehingga sangat disaranan untuk memberikan rehabilitasi paru kepada pasien lansia.(6)
Penerapan metode rehabilitasi paru masih sangat sedikit digunakan diklinik dan rumah sakit, padahal sudah terbukti manfaat dari rehabilitasi paru bagi pasien penderita PPOK. Diluar sana sudah banyak dipergunakan Rehabilitasi paru sebagai salah satu cara penanganan nonfarmakologi bagi penderita PPOK.



 DAFTAR PUSTAKA

1.        Oemiati R. KAJIAN EPIDEMIOLOGIS PENYAKIT PARU. 2013;23(2):82–8.
2.        Abidin A, Yunus F, Wiyono WH, Ratnawati A. Manfaat Rehabilitasi Paru dalam Meningkatkan atau Mempertahankan Kapasitas Fungsional dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik di RSUP Persahabatan. :1–13.
3.        Pitta F, Troosters T, Probst VS, Langer D, Decramer M, Gosselink R. Are patients with COPD more active after pulmonary rehabilitation? Chest [Internet]. 2008 Aug [cited 2015 Sep 12];134(2):273–80. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18403667
4.        Torres JP De, Pinto-plata V, Ingenito E. Power of Outcome Measurements to Detect Clinically Significant Changes in Pulmonary Rehabilitation of Patients With COPD *. 2001;
5.        Wedzicha JA, Bestall JC, Garrod R, Garnham R, Paul EA, Jones PW. Randomized controlled trial of pulmonary rehabilitation in severe chronic obstructive pulmonary disease patients , stratified with the MRC dyspnoea scale. 1998;363–9.
6.        Couser JI, Guthmann R, Hamadeh MA, Kane CS. Pulmonary Rehabilitation Improves Exercise Capacity in Older Elderly Patients with COPD *. 1994;730–4.