Penyakit Pernafasan Obstuksi Kronik
PPOK adalah penyakit dengan
ciri keterbatasan saluran napas
yang tidak sepenuhnya reversible . Keter-batasan
saluran napas tersebut
biasanya progresif dan berhubungan dengan
respons peradangan yang disebabkan bahan yang merugikan atau gas,
menurut Global Initiative
for Chronic Obstructive Lung
Disease (GOLD)(1). PPOK memiliki gejala awal yang sering terjadi
pada penderitanya antara lain batuk,
produksi sputum atau lendir, sesak
napas dan aktivitas terbatas(2).
Beberapa
faktor risiko antara lain yang menyebabkan seseorang terserang PPOK diantaranya
merokok, Polusi indoor(asap
kayu), Polusi outdoor( cadmium, zinc,
debu), Polusi di tempat
kerja, Genetik (defisiensi Alpha
1-antitrypsin): Faktor risiko dari
genetic memberikan kontribusi
1 – 3% pada pasien PPOK,
Riwayat infeksi saluran
napas berulang, Gender, usia,
konsumsi alkohol dan
kurang aktivitas fisik(1)
Berdasarkan
data Morbiditas Indonesia menduduki posisi keenam dinegara berkembang ditambah
PPOK merupakan penyebab kematian 4,8% penduduk Indonesia sehingga tidak heran
bahwa PPOK menjadi penyakit pembunuh nomor 4 didunia menurut WHO(1)(2). Salah satu
metode yang diterapkan untuk para penderita PPOK adalah Rehabilitasi Paru hal
ini telah direkomendasikan oleh beberapa penelitian yang menyatakan bahwa hal
tersebut dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas hidup penderita PPOK.
Randomised Controlled Trials dan national Institute for health and clinical
excellence merekomendasikannya. Rehabilitasi paru adalah salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk mengurangi penyakit PPOK dengan menerapkan berbagai
disiplin ilmu seperti kedokteran, staf gizi,perawat
pernapasan,fisioterapis,pekerja social dan konsultan rokok.(2) hal yang
menjadi konsep pembelajaran pada metode ini ialah kegiatan fisik dalam
kehidupan sehari-hari,fungsi paru,kapasitas latihan submaksimal (6-menit
berjalan tes [6MWT]), kapasitas latihan maksimal (bersepeda), pernafasan dan
kekuatan otot perifer, status fungsional, dan terkait kesehatan kualitas hidup
dinilai sebelum, dan sesudah pemberian metode(3)
Terdapat
berbagai metode yang diterapan dalam Rehabilitasi paru pada penderita PPOK
diantaranya dengan VAS peak exercise, BDI/TDI, CRQ(4) melakukan uji
jalan 6 menit dan SGRQ secara 2 tahap
yaitu setelah perlakuan 6 minggu dan 12 minggu. Sementara hal yang
diteliti meliputi pengukuran umur, indeks massa tubuh, distribusi derajad,
nilai dasar PO2. Metode yang digunakan dalam rehabilitasi paru meliputi :
seleksi pasien, penilaian( assessment) yang meliputi pemeriksaan fungsi paru
dan program edukasi, analisa statistic, pengkajian status kesehatan, program
rehabilitasi, Treatment effect size.(5)
Setelah
pengujian didapatkan hasil adanya pengaruh Rehabilitasi paru terhadap
penyembuhan penderita PPOK dengan hasil : Rehabilitasi paru membantu perbaikan
dan meningkatkan kualitas hidup pasien, kapasitas fungsional, serta ada
peningkatan VO2 maks. Adapun penjelasannya yaitu perubahan kapasitas fungsional
paru sesudah rehabilitasi paru ditunjukan dengan peningkatan jarak jalan pada
uji jalan 6 menit rata-rata dapat meningkat dari 3,4 m menjadi 55 m dalam tempo
waktu 6-12 minggu, adapun perbedaan VO2 maks setelah rehabilitasi paru ditandai
dengan penurunan kadar asam laktat darah pengujian ini dilakukan dengan
memberikan latihan fisik, sementara perbedaan kualitas hidup dilihat dari hasil
kuisioner SGRQ dengan patokan penurunan
nilai SGRQ akan menunjukan nilai kualitas hidup yang meningkat.(2)
Dalam
jurnal yang berjudul pulmonary rehabilitation improves exercise capacity in
order elderly patien with COPD membuktikan bahwa rehabilitasi paru sangat
bermanfaat bagi semua penderita PPOK diberbagai kisaran umur tanpa terkecuali
lansia. Masih banyak yang meragukan dan jarang menggunakan rehabilitasi paru
bagi pasien lansia karena dikhawatirkan mereka tida mampu dan kuat mengikuti
latihan fisik ditambah lagi bahwa beberapa rumah sakit lebih sering menggunakan
obat-obatan untuk pasien PPOK lansia padahal daya tahan tubuh lansia tidaklah
sama dan justru bertolak belakang dengan pemberian obat, sehingga sangat
disaranan untuk memberikan rehabilitasi paru kepada pasien lansia.(6)
Penerapan
metode rehabilitasi paru masih sangat sedikit digunakan diklinik dan rumah
sakit, padahal sudah terbukti manfaat dari rehabilitasi paru bagi pasien
penderita PPOK. Diluar sana sudah banyak dipergunakan Rehabilitasi paru sebagai
salah satu cara penanganan nonfarmakologi bagi penderita PPOK.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Oemiati
R. KAJIAN EPIDEMIOLOGIS PENYAKIT PARU. 2013;23(2):82–8.
2. Abidin A, Yunus F, Wiyono
WH, Ratnawati A. Manfaat Rehabilitasi Paru dalam Meningkatkan atau
Mempertahankan Kapasitas Fungsional dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronik di RSUP Persahabatan. :1–13.
3. Pitta F, Troosters T,
Probst VS, Langer D, Decramer M, Gosselink R. Are patients with COPD more
active after pulmonary rehabilitation? Chest [Internet]. 2008 Aug [cited 2015
Sep 12];134(2):273–80. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18403667
4. Torres JP De, Pinto-plata
V, Ingenito E. Power of Outcome Measurements to Detect Clinically Significant
Changes in Pulmonary Rehabilitation of Patients With COPD *. 2001;
5. Wedzicha JA, Bestall JC,
Garrod R, Garnham R, Paul EA, Jones PW. Randomized controlled trial of
pulmonary rehabilitation in severe chronic obstructive pulmonary disease
patients , stratified with the MRC dyspnoea scale. 1998;363–9.
6. Couser JI, Guthmann R,
Hamadeh MA, Kane CS. Pulmonary Rehabilitation Improves Exercise Capacity in
Older Elderly Patients with COPD *. 1994;730–4.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar